HAUL Nyi Ageng Ngerang atau Dewi Roro Kasihan selalu diperingati pada tanggal 1 Muharram di mana kalender Jawa menghitungnya sebagai tanggal satu Suro.
Makamnya terletak di Dukuh Ngerang, Desa Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, berada di kawasan lereng Pegunungan Kendeng.
Sejumlah rangkaian prosesi peringatan haul dilakukan pada tanggal tersebut, mulai dari kirab budaya, nyekar hingga doa bersama.
Tak jarang pengunjung dari berbagai daerah datang untuk menyaksikan kirab budaya Haul Nyi Ageng Ngerang.
Sebagian orang percaya, gunungan nasi hasil kirab dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti penglarisan hingga tolak hujan angin dan petir.
Siapa sebetulnya Nyi Ageng Ngerang? Dalam berbagai literatur dan serat, ia disebut sebagai leluhur sekaligus perintis berdirinya Kerajaan Mataram yang didirikan Panembahan Senopati ing Ngalaga atau Raden Danang Sutawijaya.
Dewi Roro Kasihan ternyata juga cucu Bhre Kertabhumi, raja Kerajaan Keling yang menjadi negara bagian Majapahit Raya.
Bhre Kertabhumi juga menjadi raja Majapahit pamungkas (terakhir), sebelum kerajaan bercorak Siwa-Buddha (Hindu-Buddha) itu berhasil diluluhlantakkan Panembahan Demak, yaitu pangeran Jin Bun (Raden Patah), putranya sendiri dari istri selir, Siu Ban Ci.
Setelah dinobatkan sebagai Raja Majapahit Raya, Bhre Kertabumi mendapatkan gelar Brawijaya.
Dari istri selir bernama Dewi Bondrit Cemara atau Dewi Wandhan Kuning, Kertabhumi memperoleh putra bernama Bondan Kejawan.
Bondan Kejawan inilah ayah dari Dewi Roro Kasihan atau Nyi Ageng Ngerang. Sementara dari istri paramesywari (permaisuri), Kertabhumi menurunkan trah Pengging yang kemudian menurunkan Joko Tingkir, pendiri dan penguasa Pajang dengan gelaran Raden Hadiwijaya.
Kembali ke Bondan Kejawan, ayah Nyi Ageng Ngerang, ia lebih memilih untuk berdiam diri di kawasan pedalaman Pakuwon Tarub dan ditempa oleh seorang tokoh bernama Ki Ageng Tarub.