Sejauh ini, mesin pembuat pupuk organik tersebut mampu menghasilan sekitar satu ton dalam sebulan.

“Hasil pembuatan kompos tidak dijual belikan tapi diberikan ke petani secara gratis dalam rangka membantu mengurangi kebutuhan pupuk,” terang Kades.

Keberhasilan dalam mengelola pupuk berbahan sampah organik dari warga itu, kemudian dikembangkan menjadi eduwisata sawah.

Selain bisa belajar mengelola pertanian dengan pupuk organik, pengunjung juga bisa menikmati kuliner khas desa dan berswafoto.

“Sekarang saya mengembangkan menjadi wisata ekdukasi sawah kita namakan Gatra Kencana. Beberapa daerah datang kesini untuk studi banding seperti Brebes, Tegal, Pekalongan dan Demak. Sejak dibuka Desember lalu, kini sudah mampu memberi pemasukan Rp 500 juta,” jelasnya.

Ditambahkannya, saat proses pendampingan Pemprov Jawa Tengah juga memberikan bantuan pembangunan RTLH bagi tiga warga.