Karesidenan – Kehamilan di usia remaja ternyata masih menjadi persoalan bagi negara kita. Survei Badan Pusat Statistika (BPS) Indonesia tahun 2019 lalu menyebutkan bahwa Persentase Perempuan hamil Berumur 15-19 tahun mencapai angka 47 per 100 kehamilan. Kehamilan di usia yang masih terlalu muda ini akan sangat berisiko, karena remaja yang hamil umumnya mengalami ketidaksiapan secara biologis, sosial ekonomi, hingga psikologi.

Lantas, seperti apa dampak negatif akibat kehamilan di usia remaja? Berikut empat di antaranya.

1. Ketidakmampuan dalam Merawat Bayi

Remaja yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya belum mampu mengambil peran sebagai ibu yang harus merawat bayi. Apalagi jika mereka tidak mendapat dukungan penuh dari orang tuanya, tentu hal ini akan membuat bayi minim asuhan.
Tak hanya itu, masalah perawatan prenatal juga perlu dipertimbangkan. Ketidaktahuan remaja tentang pertumbuhan dan perkembangan janin akan menjadi masalah serius yang berdampak pada kasus komplikasi kehamilan.

2. Kematian Ibu dan Bayi

Semakin muda usia sang ibu saat hamil, maka risiko terjadinya kematian ibu dan bayi akan semakin tinggi. Pasalnya, tubuh perempuan yang masih dalam masa pertumbuhan dinilai belum mampu dalam proses melahirkan.
Misalnya pada kasus panggul sempit yang berpotensi mengalami komplikasi kehamilan. Selain itu, adapula kasus aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan juga turut andil dalam kematian ibu dan bayi.

3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Menurut Kementerian Kesehatan RI, proses pertumbuhan dan perkembangan pada ibu hamil yang masih remaja dapat meningkatkan risiko terjadinya BBLR. Sebab, asupan zat gizi dari makanan sehari-hari akan terbagi antara ibu dan janin.