“Kami minta diberikan pelatihan pak, editing film, pelatihan menjahit, pelatihan lain agar kita punya skill dan bisa menopang ekonomi keluarga. Kami juga minta diberikan pendidikan tentang reproduksi atau seks education di sekolah agar lebih paham,” ucapnya.

Ganjar cukup terkejut dengan laporan Yani. Ia pun langsung meminta Dinas Perempuan dan Anak untuk turun dan memberikan pelatihan pada anak-anak di desa tersebut.

“Saya minta nomor telponmu ya, nanti biar dinas saya langsung turun. Kamu kumpulkan teman-teman kamu yang siap dilatih, nanti akan kami berikan pelatihan,” kata Ganjar.

Ganjar bangga melihat anak-anak begitu aware pada persoalan yang mereka hadapi.

Mereka berani berbicara dan mengkampanyekan soal itu.

“Anak-anak itu peduli pada temannya, khususnya soal pernikahan dini. Bahkan mereka dinikahkan karena alasan ekonomi orang tua. Bahkan yang menjadi keresahan kita, usianya ada yang 12 tahun lho,” ucapnya.

Ganjar mengatakan, gerakan Jo Kawin Bocah memang menjadi program yang terus digenjot.

Ia akan terus menggencarkan sosialisasi dan pendekatan termasuk masuk ke sekolah untuk mengajarkan tentang pendidikan reproduksi.

“Kita akan kerjasama dengan BKKBN, Dinkes dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk masuk ke sekolah dan desa-desa untuk melakukan sosialisasi dan edukasi. Termasuk tadi anak-anak minta difasilitasi pelatihan, tentu akan kami penuhi,” katanya.

Ganjar menghimbau kepada masyarakat khususnya orang tua untuk lebih peduli.

Apa yang dilaporkan forum anak dalam Musrenbang tersebut menjadi warning bagi orang tua, agar kita lebih peduli pada anak-anak.

“Kita dituntut memberikan kepercayaan diri pada anak-anak. Berikan semangat pada mereka untuk mendapatkan cita-citanya. Gerakan Jo Kawin Bocah harus terus kita gaungkan agar bisa diterima dan dipahami oleh masyarakat banyak,” pungkasnya.***